Wednesday, September 20, 2017

Legenda Gorila Gunung


Selama berabad-abad, kisah tentang manusia kera besar di Afrika Timur telah memikat para penjelajah dan penduduk asli di sana. Makhluk yang digambarkan berbulu, dan berukuran besar itu terkadang menculik manusia.

Makhluk itu diketahui sangat kuat serta ganas, dan memiliki banyak nama, di antaranya ngila, ngagi, dan enge-ena.

Salah satu laporan paling awal tentang gorila ini mungkin berasal dari seorang penjelajah Carthaginian, Hanno the Navigator, yang mendokumentasikan perjalanannya di sepanjang pantai Afrika pada 500 sebelum Masehi.

Hanno menggambarkan mereka sebagai sebuah suku gorillae, yang berarti "orang berbulu".

Tidak diketahui apakah Hanno menyebut mereka sebagai gorila, spesies kera, atau sebutan lainnya. Namun, deskripsinya menjadi inspirasi bagi nama modern untuk spesies primata bernama "gorila".

Kisah itu berlanjut pada abad ke-16, ketika penjelajah Inggris, Andrew Battel, berbicara tentang kera mirip manusia yang mengunjungi api unggunnya di malam hari.

Kemudian pada tahun 1860, penjelajah Du Chaillu menulis cerita tentang monster hutan yang keras dan haus darah.


Sampai abad ke-20, banyak dongeng dan kisah ini diabaikan begitu saja.

Pada tahun 1902, perwira Jerman, Kapten Robert Von Beringe, menembak salah satu manusia kera tersebut di wilayah Virunga, Rwanda. Dia membawanya ke Eropa, dan mengenalkan hewan itu kepada dunia sebagai spesies kera baru bernama "Gorila Gunung".


Saat ini, gorila gunung atau gorila pegunungan (Gorilla beringei beringei) dikenal sebagai salah satu dari dua subspesies gorila Timur di Afrika.


Terdapat dua populasi gorila gunung, satu populasi dapat ditemui di Pegunungan Virunga, Afrika Tengah, tepat di dalam tiga taman nasional : Mgahinga di Uganda Barat Daya, Vulcans (Park du Volcanes) di Rwanda Barat Laut, dan Virunga di Republik Demokratik Kongo.


Populasi lain dapat ditemui di Taman Nasional Bwindi. 


Beberapa primatolog menyatakan bahwa gorila Bwindi di Uganda, merupakan subspesies yang terpisah.


Tercatat bahwa penurunan gorila ini sangat erat kaitannya dengan manusia, seperti pembangungan perusahaan pertambangan yang berlokasi jauh di dalam hutan.


Seorang penulis menemukan bukti tentang perburuan hewan liar di hampir setiap lokasi pertambangan yang mereka datangi (survei). 


Para penambang secara terbuka menyatakan bahwa mereka mengkonsumsi hewan tersebut tanpa menghiraukan status konservasinya.


Gorila termasuk spesies sangat berharga karena ukurannya relatif besar, tidak heran bahwa hewan ini sering diburu oleh penduduk setempat.

Pada tahun 2016, spesies gorila gunung diperkirakan kurang dari 700 ekor yang masih berkeliaran di alam liar. Hal itu membuat gorila dikategorikan sebagai hewan yang terancam punah

No comments:

Post a Comment