Gunung Tsurugi adalah puncak tertinggi kedua di Pulau Shikoku, Jepang, yang menyimpan banyak misteri.

Menurut salah satu legenda setempat, gunung tersebut sebenarnya adalah piramida raksasa buatan manusia, bahwa timbunan harta rahasia Raja Salomo terkubur di dalamnya, dan seekor ular raksasa yang diyakini menjaga harta karun tersebut telah terlihat berkali-kali.

Sudah sejak lama ada cerita tentang para pionir (penjelajah) yang menghadapi dan ditakuti oleh ular besar yang bersembunyi di alam liar Jepang.

Para pemukim awal di daerah pegunungan telah bercerita tentang ular yang begitu besar yang terkadang memangsa anjing, atau cerita para pelancong yang diserang oleh ular raksasa.

Para petani di beberapa daerah berhutan lebat juga percaya pada sejenis ular boa besar yang mereka sebut uwaba-mi, atau yamakachi. Meski ular ini jarang terlihat, mereka sangat ditakuti oleh penduduk setempat.


Ada juga laporan tidak langsung mengenai wanita atau anak-anak yang dimakan oleh ular ini, sehingga tidak jarang penduduk membawa semacam senjata saat bepergian sendiri, berjaga jika bertemu dengan ular raksasa.


Terdapat dugaan bahwa ular ini terkadang ditangkap hidup-hidup, dan dipajang oleh para pengusaha desa untuk mendapatkan uang.


Pada 26 Mei 1973, pekerja kehutanan di Gunung Tsurugi menemukan seekor ular yang digambarkan sebesar tiang telepon, dengan sisik berwarna hitam mengkilat dan perut berwarna putih.

Menurut para pekerja yang terkejut, ular sepanjang 5 meter terlihat dari semak-semak yang tebal, dan mereka kemudian memperkirakan panjang keseluruhannya adalah 10 meter atau lebih.

Ular itu dilaporkan mengeluarkan suara yang keras dan seruan nyaring sebelum merayap di antara dedaunan.

Laporan ini menimbulkan kepanikan yang meluas di antara penduduk, bahkan ada yang melaporkan melihat ular lain di kawasan tersebut yang diperkirakan memiliki panjang 8 hingga 11 meter.

Menanggapi ketakutan yang meningkat, pada Juni 1973, pejabat setempat melakukan ekspedisi menjelajahi lereng gunung di sekitar lokasi penampakan, mencari bukti apa yang telah dilihat oleh orang-orang.


Meski gagal menemukan ular raksasa tersebut, mereka menemukan jejak atau jalur bekas ular selebar 40 cm, melewati rerumputan dan meratakan semak-semak.

Mereka yang memeriksanya mengatakan bahwa tidak diragukan lagi, itu jejak dari sejenis ular besar.

Yang menarik adalah, sebuah museum setempat diklaim memiliki tulang rahang raksasa selebar 34 cm, yang diklaim berasal dari ular yang sama.


Namun, kritikus menyatakan bahwa itu hanyalah rahang hiu yang disusun secara rapih agar menyerupai rahang ular berukuran besar, mungkin untuk menarik perhatian orang yang penasaran terhadap legenda ini.

Beberapa wilayah gunung lain di Jepang juga konon dihuni oleh ular raksasa, dan pertemuannya ada yang terjadi hingga zaman modern.

Seperti pada 24 Januari 1987, seekor ular sepanjang 7 meter, terlihat di sebuah peternakan unggas di Prefektur Kochi.

Petani bernama Asakura Kayoko melaporkan mendengar keributan dari salah satu kandang ayamnya. Saat pergi untuk menyelidiki, dia menemukan apa yang awalnya dia anggap sebagai sebatang kayu yang tergeletak di atas kandang.

Saat memeriksa lebih dekat, dia menyadari itu sebenarnya adalah seekor ular besar yang sedang memakan salah satu ayamnya, dan tampak sudah memakan ayam yang lain juga.

Anjing-anjing milik Kayoko akhirnya mengejar dan mengusir ular itu dari peternakan Kayoko.

Perlu diketahui bahwa meskipun Jepang memiliki sejumlah ular asli Jepang, tidak ada jenis ular boa atau ular piton di negara ini, bahkan ular asli Jepang yang telah diketahui pun tidak ada yang mendekati ukuran ular yang dijelaskan dalam legenda ular raksasa.

Ular terbesar yang diketahui di Jepang adalah Hime Habu, ular berbisa di kepulauan Ryukyu Selatan yang mencapai rata-rata, 1,1 hingga 1,8 meter, dengan ukuran maksimum 3 meter.


Hime Habu tidak hanya terlalu kecil untuk menjelaskan penampakan, ular ini juga hanya ditemukan di pulau-pulau selatan Jepang, bukan di tempat laporan ular raksasa.

Jika memang ada spesies ular yang bertanggung jawab atas kejadian ini, maka ular tersebut adalah ular yang tidak memiliki catatan atau tidak terdokumentasi di Jepang.

Penjelasan dari laporan penampakan modern tampaknya berasal dari hewan peliharan eksotik yang melarikan diri, lalu penduduk melebih-lebihkan ukuran yang telah mereka lihat.

Beberapa jenis ular piton dan boa banyak tersedia di perdagangan hewan peliharaan di Jepang, sehingga bukanlah hal yang mustahil jika hewan ini melarikan diri.

Mungkinkan ini hewan eksotik yang lolos dan kemudian tumbuh menjadi ukuran yang sangat besar ?

Jika kita berurusan dengan hewan eksotik yang lolos, maka ukuran yang dilaporkan menyiratkan spesimen yang berukuran sangat besar.

Untuk menjelaskan penampakan ini, bahkan ular terbesar di dunia, anaconda hijau atau sanca batik, harus mencapai batas ukuran paling atas dari apa yang diketahui dapat dicapai oleh kedua ular ini.

Ular piton dan anaconda diperkirakan mampu memiliki ukuran melebihi rekor terbesarnya, tetapi mereka harus dibiarkan tumbuh tanpa gangguan dengan lingkungan yang ideal.


Namun, ular sebesar ini terbilang memang sudah tua, dan membutuhkan kondisi yang mendukung.

Piton dan sebagian besar jenis boa biasanya ditemukan di lingkungan tropis yang lembab, yang sangat berbeda dengan iklim sedang yang ditemukan di sebagian besar wilayah Jepang.

Ular cenderung memiliki toleransi yang rendah terhadap suhu ekstrem, tidak dapat hidup di lingkungan yang lebih dingin, dan bahkan di penangkaran, spesies ini memerlukan pemantauan suhu lingkungan yang teliti.

Sangat mungkin bahwa ular eksotik seperti piton, boa, dan anaconda, akan kesulitan beradaptasi dengan kondisi lingkungan di tempat seperti Gunung Tsurugi dan Izu.

Meskipun penampakannya terjadi pada bulan-bulan musim panas yang relatif lebih lembab dan hangat, mungkin saja spesies eksotik ini tidak bertahan pada musim dingin yang akan datang, sehingga penampakan yang terjadi, adalah penampakan yang singkat dan penampakan terakhir dari ular raksasa ini.

(Sumber : Giant Snake of Mt. Tsurugi)