Monday, February 19, 2018

Legenda Roc


Roc adalah burung pemangsa legendaris berukuran sangat besar dalam mitologi Timur Tengah.

Kata "roc" berasal dari bahasa Arab ruḵḵ dan dari bahasa Persia ruḵ.

Roc digambarkan sebagai burung pemangsa berwujud elang raksasa yang dapat membawa gajah dewasa.
"Seekor burung dengan ukuran sangat besar, tubuh besar dan sayap lebar, terbang di udara, dan burung inilah yang menyembunyikan tubuh matahari dan menutupinya dari sengatan matahari."
Dalam mitologi kuno, Roc atau Rukh adalah burung pemangsa besar yang dilaporkan cukup besar untuk membawa dan memakan gajah dewasa.


Dilaporkan sebagai burung berwarna putih, dengan sayap sepanjang 48 kaki (14 meter) lengkap dan bulu setinggi daun lontar.

Telurnya dikatakan berukuran lebih dari 150 kaki (dalam lingkaran), dan menurut Tradisi Arab, makhluk itu tidak pernah mendarat di bumi, dan hanya akan mendarat di gunung Qaf, yang merupakan pusat dunia.


Roc muncul dalam geografi Arab dan sejarah alam, yang dipopulerkan dalam dongeng Arab dan cerita rakyat para pelaut.


Ibn Battuta menceritakan kisah tentang sebuah gunung yang melayang di udara di atas laut Cina, yang merupakan sosok Roc.

Koleksi cerita populer One Thousand and One Nights, termasuk kisah Abd al-Rahman dan Sinbad the Sailor, keduanya mencangkup kisah tentang Roc.

Menurut Rudolph Wittkower, gagasan tentang Roc berasal dari kisah pertarungan antara burung Garuda India dan ular Nāga yang jahat.

Peristiwa Garuda membawa seekor gajah yang sedang bertempur dengan seekor buaya muncul dalam Mahabharata (I.1353) dan Ramayana (III.39).

Rabbi Benjamin dari Tudela melaporkan sebuah cerita yang mengingatkannya pada Roc, di mana pelaut yang terdampar melarikan diri dari sebuah pulau terpencil dengan cara membungkus diri mereka menggunakan kulit lembu, dan membiarkan griffin membawa mereka keluar, seolah-lah mereka adalah hewan ternak.

Pada abad ke-13, Marco Polo (seperti dikutip David Attenborough (1961:31)) menyatakan bahwa :
Sosok itu untuk seluruh dunia seperti elang, namun satu yang pasti yaitu ukurannya sangat besar, begitu pula fakta bahwa bulunya berukuran dua belas dalam ukuran langkah panjang dan tebal dalam bentuknya. Dan sangat kuat bahwa ia akan menangkap gajah menggunakan cakarnya dan membawanya tinggi ke udara dan menjatuhkannya sehingga ia hancur berkeping-keping. Dengan begitu, burung itu akan menukik ke arahnya dan memakannya dalam waktu luang.
Polo mengklaim bahwa Roc terbang ke Madagaskar dari wilayah selatan, dan bahwa Khan Agung mengirim utusannya ke pulau, yang kemudian kembali dengan bulu (mungkin daun pohon palem Raffia).

Dia secara eksplisit membedakan burung tersebut dengan seekor griffin (makhluk dongeng kepala dan sayap elang namun berbadan singa).

Dalam The Arabian Nights, Roc muncul di sebuah pulau tropis saat pelayaran kedua Sinbad. Sinbad kemudian terdampar di sarang Roc di atas sebuah gunung, di mana dia menemukan telur sebesar 148 telur ayam.

Ketika burung dewasa itu kembali ke sarangnya, Sinbad meninggalkan tempat tersebut dengan mengencangkan dirinya ke kaki Roc menggunakan sorban miliknya, tanpa diperhatikan oleh burung tersebut.

Dia kemudian terbang dengan begitu tinggi sehingga dia tidak dapat melihat bumi. Pada akhirnya dia bisa melarikan diri ketika Roc terbang di dekat pulau lain.


Dalam cerita lain yang melibatkan Sinbad, dan di salah satu cerita Abd al-Rahman, Roc menghancurkan kapal dengan menjatuhkan batu-batu besar ke atasnya.


Karena kisah Polo, yang lain mengidentifikasikan pulau tersebut sebagai Madagaskar, yang menjadi lokasi cerita tentang burung raksasa lainnya.

Dalam kisah Marco Polo, Roc memiliki sayap selebar 16 yard (14 meter) dan bulu sepanjang 8 meter, bulunya sama besar dengan daun palem.

Ada laporan penampakan burung gajah setidaknya dalam ingatan cerita rayat seperti Étienne de Flacourt (tahun 1658).

Telurnya, hidup atau belum sepenuhnya memfosil, diketahui pada awal tahun 1420, ketika pelaut menemukan telur Roc.

Menurut sebuah teks pada tahun 1456 Fra Mauro map of the world, mengatakan bahwa "Roc membawa pergi seekor gajah atau binatang besar lainnya".

Antara tahun 1830 dan 1840, penjelajah Eropa di Madagaskar melihat telur dan cangkang raksasa.


Pengamat bahasa Inggris lebih bersedia mempercayai kisah mereka karena mereka tahu tentang moa di Selandia Baru.

Pada 1851, French Academy of Sciences menerima tiga butir telur. Mereka kemudian mengonfirmasi ke Eropa (abad ke-19) bahwa aepyornis adalah Roc, namun burung itu tidak menyerupai seekor elang sebagaimana gambaran Roc (yang menyerupai seekor elang).

Pada abad ke-19, beberapa rasionalisasi ilmiah diperkenalkan untuk asal usul burung Roc dengan menduga bahwa asal-usul mitos Roc mungkin terletak pada gambaran kekuatan elang yang sering disaksikan dapat membawa seekor anak domba yang baru lahir.

Pada tahun 1863, Bianconi menyarankan bahwa Roc adalah seekor raptor, atau burung pemangsa (Hawkins and Goodman, 2003: 1031).

Baru-baru ini, subfosil elang raksasa, malagasy crowned eagle, yang diidentifikasi dari Madagaskar sebenarnya telah disangkutkan sebagai predator puncak di pulau tersebut, yang merupakan megafauna termasuk bersama lemur raksasa dan pygmy hippopotamuses.


Kemungkinan lain mengenai asal-usul mitos Roc berasal dari telur burung malagasy lain yang telah punah, yaitu aepyornis elephant bird, yang memiliki tinggi tiga meter, namun tidak dapat terbang. Burung tersebut diburu hingga punah pada abad ke-16.

Burung Aepyornis atau burung gajah

Ukuran telur raksasa burung aepyornis

Meski berukuran sangat besar, burung ini tidak bisa terbang.

Perbandingan ukuran antara burung gajah, burung unta, manusia dan ayam

Teori lainnya mengatakan bahwa keberadaan Roc diduga berasal dari penglihatan orang terhadap burung unta Afrika. Karena tidak mampu terbang dan penampilannya tidak biasa, yang kemudian menjadi keliru dan dianggap sebagai anak dari spesies burung yang berukuran jauh lebih besar.


Di sisi lain, pelancong Eropa Utara Abad Pertengahan atau musafir India, jika dihadapkan pada cerita tentang burung unta, mungkin saja mereka tidak mengenali burung tersebut.

Dalam buku tahun 1178 Lingwai Daida, Chou Ch'ű-fei (周去非, Zhōu Qùfēi), menceritakan sebuah pulau besar di lepas pantai Afrika dengan burung-burung yang cukup besar untuk menggunakan bulu mereka sebagai penampungan air.

Beberapa ilmuwan baru-baru ini telah membandingkan Roc dengan Haast's eagle dari Selandia Baru, yang dapat tumbuh hingga sepanjang 1,4 meter dengan lebar sayap mencapai 3 meter.


Elang haast punah sekitar abad ke-15, namun burung itu juga mungkin mengilhami legenda Maori of Te Hokioi atau Te Hakawai (burung mitologis Selandia Baru).

(Sumber : Wikipedia, cryptidz.wikia)

No comments:

Post a Comment