Africa fairy circle (atau lingkaran Peri Afrika) adalah formasi berbentuk lingkaran aneh yang tersebar di Gurun Namibia.

Misteri ini telah membingungkan para ilmuwan selama beberapa dekade. Berbagai penjelasan dan teori telah diusulkan, bahkan sebuah teori menduga UFO (atau piring terbang) telah membuat lingkaran-lingkaran yang misterius ini.

Penelitian sebelumnya mengusulkan lingkaran peri yang disebabkan oleh rayap atau hewan pengerat, tetapi sekarang, para ilmuwan dari Universitas Pretoria memiliki teori yang lebih konklusif.

Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa lingkaran peri dibentuk oleh tanaman yang melepaskan getah beracun ke dalam tanah saat tanaman tersebut telah mati.

Getah beracun ini berasal dari spesies tumbuhan Euphorbia, yang juga digunakan oleh penduduk setempat untuk dipakai di ujung panah berburu mereka.

Para peneliti mengatakan Euphorbia bertanggung jawab atas pola melingkar di tanah, yang tersebar di seluruh padang pasir berumput di Namibia.

Di antara Angola selatan dan Afrika Selatan bagian utara, terdapat ratusan ribu lingkaran peri dengan diameter yang beragam.


Dua spesies Euphorbia, Euphorbia damarana, Euphorbia gummifera, dan mungkin spesies lain seperti Euphorbia gregaria, melepaskan getah penolak air ketika mereka mati, lalu menghambat pertumbuhan tanaman berumput lainnya, dan menciptakan lingkaran tandus dan tidak berbentuk, kemudian diperburuk dengan meningkatnya suhu, dan oleh karena itu, terciptalah lingkaran peri.

Profesor Marion Meyer dari Departemen Ilmu Tanaman dan Tanah Universitas Pretoria mengatakan kepada MailOnline.

"Ada beberapa teori tentang penyebab lingakaran peri."

"Saya bekerja dengan empat mahasiswa pascasarjana selama beberapa tahun, melakukan pendekatan dari kimia tanah, toksisitas biologis, dan sudut geografis."

"Kami benar-benar sangat yakin (penyebabnya) adalah Euphorbia, dan masih menyebabkannya hingga saat ini"


Selama dua atau tiga dekade terakhir, Kenaikan suhu di Namibia kira-kira tiga kali lebih banyak daripada kenaikan suhu rata-rata global yang dilaporkan selama abad ke-20.

Secara bertahap, seiring dengan berjalannya waktu, karena suhu yang meningkat, kekurangan air, dan persaingan untuk mendapatkan nutrisi, mengakibatkan meningkatnya persaingan antara tanaman ini dan banyak yang akan mati.

Pembusukan tanaman Euphorbia yang mati dan lateks lengket yang dihasilkannya, merembes dan menyebar, membuat tanah berpasir di sekitarnya menjadi anti air. Berbagai senyawa lain juga masuk ke dalam tanah dari Euphorbia yang membusuk, yang memiliki sifat beracun dan antimikroba.

Euphorbia juga adalah allelopathic - zat yang dilepaskannya menghambat pertumbuhan tanaman lain.

Sebagian besar senyawa ini mungkin akan rusak dalam waktu yang relatif singkat, tetapi getah susu dapat menempel pada pasir, lalu menjadi keras, dan dapat bertahan di tanah dalam waktu yang lama.

Perubahan pada tanah ini menyebabkan terbentuknya banyak lingkaran peri.


Telah diamati juga bahwa benih berkecambah di dalam lingkaran peri, dan bibit, muncul setelah curah hujan yang baik, tetapi hanya bertahan dalam waktu singkat setelah hujan.

Tim menyarankan, lingkaran perti tidak permanen, dan dengan sesekali hujan, racun di dalam lingkaran perlahan akan terkikis.

Ini berarti bibit akan bertahan dalam waktu yang lebih lama di lingkaran peri berusia tua, sampai bibit akhirnya mencapai kematangan, dan lingkaran peri tidak akan terlihat lagi karena tertutup oleh pertumbuhan yang baru.

Analisis tanah dengan Gas chromatography/mass spectrometry (GC/MS) dilakukan di Universitas ITMO dengan bantuan profesor Denis Baranenko.

Mereka mengungkapkan bahwa tanah dari kedua lingkaran peri, dan dari bawah tanaman E. damarana yang membusuk, sangat mirip secara fitokimia.

Beberapa senyawa sebelumnya diidentifikasi dengan aktivitas antimikroba dan racun juga diidentifikasi pada E. gummifera.


Akhirnya, dengan mengintegrasikan curah hujan, ketinggian, dan tutupan lahan, dengan model pola spasial GIS, para peneliti memprediksi di mana lingkaran peri seharusnya terjadi. Model tersebut sebagian besar setuju dengan distribusi tiga spesies Euphorbia dan menghasilkan penemuan baru dari lingkaran peri di ujung tenggara Namibia dan bahkan di Gurun Kalahari Afrika Selatan.

Citra udara historis juga menunjukkan bahwa populasi 406 tanaman E. gummifera di selatan Namibia, sebanyak 134 di antaranya telah digantikan oleh lingkaran peri selama periode 50 tahun.

Studi ini telah memberikan bukti bahwa Euphorbia dapat menjelaskan lingkaran peri di lokasi tertentu di seluruh Namibia.

Penelitian lebih lanjut saat ini sedang berlangsung di daerah seperti Cagar Alam Namib Rand dan Marienfluss. Penelitian ini akan berfokus pada analisis DNA tanah dan sampel purba serbuk sari tumbuhan.

"Kami berencana untuk menganalisis serbuk sari purba di dalam sampel gundukan Hyrax yang berusia ratusan hingga ribuan tahun untuk menentukan apakah Euphorbia ada di daerah itu dan mungkin telah mati karena perubahan iklim."

(Sumber : Africa's fairy circle mystery is finally solved in new study)