Bloop adalah suara bawah air berfrekuensi sangat rendah dengan amplitudo tinggi yang terdeteksi oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) pada tahun 1997.

Sumber suara kira-kira berada disebuah titik terpencil di Samudra Pasifik selatan di sebelah barat ujung selatan Amerika Selatan.

Suara itu dideteksi oleh rangkaian hidrofon otonom Samudra Pasifik Khatulistiwa, sebuah sistem hidrofon yang digunakan untuk memantau seismisitas bawah laut, kebisingan es, dan populasi serta migrasi mamalia laut.

Menurut deskripsi NOAA, suara itu "naik" dalam frekuensi selama sekitar satu menit dengan amplitudo yang cukup untuk didengar pada beberapa sensor, pada jarak lebih dari 5.000 km (3.000 mil).

Saking kerasnya, suara itu ditangkap oleh beberapa stasiun pendengar yang jaraknya lebih dari 3.000 mil satu sama lain. Tidak terdeteksi oleh telinga manusia, frekuensi suara itu meningkat dengan cepat dan kemudian tiba-tiba berhenti.


Kagum dengan intensitas suara, peneliti menyelidiki kasus ini lebih lanjut. Berdasarkan lokasi berbagai hidrofon yang menerima suara, para ilmuwan dapat melakukan triangulasi lokasi dan menentukan titik di lepas pantai barat Amerika Selatan, dekat Antartika.

Selama beberapa minggu berikutnya, para ilmuwan terus mendengar suara serupa di Samudra Hindia. Namun, suatu hari, suara itu berhenti dan tidak terdengar lagi setelah itu.

Sumber asli suara The Bloop sempat membingungkan dan memuat penasaran para ilmuwan, sehingga beberapa pengguna internet memulai teori liar dengan menghubungkannya dengan makhluk air raksasa, cumi-cumi yang sangat besar, hingga Cthulhu.



*) Suara dimulai di detik ke 0:15

Menurut spekulasi awal, jika itu memang berasal dari suatu makhluk bawah air, suara itu akan dikeluarkan oleh mamalia laut yang sangat besar, yang keberadaannya masih belum ditemukan, yang nantinya mamalia tersebut akan diberi nama "Bloop", sesuai dengan julukan suara itu.


Christopher Fox dari NOAA, yang diwawancarai oleh David Wolman untuk sebuah artikel di New Scientist, tidak percaya bahwa asal usulnya adalah buatan manusia, seperti ulah kapal selam atau bom, atau peristiwa geologis yang sudah dikenal seperti gunung berapi atau gempa bumi.

Fox menyatakan bahwa meskipun profil audio Bloop memang menyerupai makhluk hidup, sumbernya adalah misteri karena "jauh lebih kuat daripada panggilan yang dilakukan oleh hewan mana pun di Bumi."

Wolman menyatakan dalam artikel tentang Fox yang awalnya berspekulasi bahwa Bloop bisa jadi adalah es yang membelah di Antartika, tetapi kemudian percaya bahwa suara itu seperti suara binatang :

"Dugaan Fox adalah bahwa suara yang dijuluki Bloop kemungkinan besar berasal dari sejenis hewan, karena ciri khasnya adalah variasi frekuensi yang cepat mirip dengan suara yang diketahui dibuat oleh binatang laut."

Namun, ada satu perbedaan penting bahwa pada tahun 1997, Bloop terdeteksi oleh sensor hingga jarak 4.800 km (3.000 mil). Itu berarti suara itu pasti jauh lebih keras daripada suara paus, atau suara binatang lainnya.

Mungkinkah makhluk yang lebih besar dari paus mana pun bersembunyi di kedalaman laut?

Menurut penulis Philip Hayward, spekulasi Wolman "memperkuat 'dugaan' Fox dan melalui penggunaan kata 'kemungkinan' membuka pintu untuk spekulasi selanjutnya tentang entitas atau makhluk pembuat kebisingan yang 'efisien' itu.

  • Misteri terjawab ?

  • Pada tahun 2005, NOOA memulai survei akustik Antartika di lepas pantai Amerika Selatan dan dengan lokasi di mana The Bloop berada.

    Survei tersebut berlanjut hingga tahun 2010, dan pada akhirnya, para peneliti memiliki gagasan yang cukup bagus tentang sumber suara Bloop.

    Para peneliti menemukan bahwa spektrum, frekuensi, dan karakteristik durasi waktu yang ada dalam suara The Bloop, hampir identik dengan rekaman gempa es yang diciptakan oleh gunung es besar saat gunung retak dan terjadi patahan. Banyak gempa es memiliki spektogram yang mirip dengan Bloop.

    Pada tahun 2012, NOAA menetapkan bahwa suara Bloop :

    "Konsisten dengan suara yang dihasilkan melalui cryoseism non-tektonik yang berasal dari gerakan glasial seperti pelepasan es, atau gempa es; dasar laut yang dikikis oleh es".

    Suara tersebut menunjukkan kemiripan yang ekstrim dengan suara yang dihasilkan oleh gempa es di gunung es besar, gunung es besar yang menggores dasar laut.

    Teori lain pernah menyebut Bloop sebagai erupsi gunung berapi awah air, namun, gunung mungkin tidak dapat menghasilkan frekuensi yang aneh seperti itu.

    (Sumber : Bloop)